PUPUS RIMBA
meranggas...
hijau meluruh di hentian musim hujan yang ragu kembali
kian membanjiri kemarau yang puas membelah gersang kemanusiaan
hidup yang mati.
nescaya melepuh ketika tiba dikaki gerimis yang nanti bersemi
serakah...
tumbuh nian bercabang mengangkuhkan
menebal tunas senyum yang mengukir disudut bibir sendiri
sudah tamak membudak.
erat tersimpul dalam recehan yang di agungkan
duh, rimba...
punah di belukar pundak nafas-nafas lestari.
Sekayu – Mangkutana - Lauwo, 27 Desember 11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar