Kamis, 10 Februari 2011

puisi# SAJADAH DAUN PISANG





lalu masihkah ada kegelisahan yang sudi bertamu temu?

di atas setetes waktu...
sujudku,
rindu ingin bertemu keabadian waktu
walau menyulam takut dengan segan silu
akulah aku...
di atas daun pisang, airmata syukurku bersajadah syahdu.

Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?*1 Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?*2



*1) Al Quran, Surah Al Ghaasyiyah ayat 18.
*2) Al Quran, Surah Al Ghaasyiyah ayat 20.





SAJADAH DAUN PISANG adalah sebuah puisi yang menjadi sebuah lambang bahwa telah tertunainya kewajiban seorang hamba kepada penciptanya tanpa mengenal tempat dan dilaksanakan dengan apa adanya. Namun, wujud cinta tak sesederhana itu. Ada kekuatan yang berjuang dan diperjuangkan. Puisi ini terlahir berdasarkan pengalaman nyata sang penulisnya. Ketika syukur berwujud bentuk, maka tak ada lagi yang dapat memalingkan hati dari kerendahannya.
Merah, lahir di Andrassy, Tawau pada 27 Juli 1984 dan berpendidikan dasar di Malaysia. Saat ini bergabung dengan FLP cabang Palopo dan juga menjadi Koordinator Leutika Reading Society (lrs) Chapter Luwu Timur SULSEL .



puisi ini dimuat di buku antalogi puisi 'MUNAJAT SESAYAT DOA' terbitan Leutika Prio.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar