Selasa, 10 Januari 2012

Pasar Ikan Di Senayan

Keributan Pasar Ikan Senayan membuncah ruah. Bagaimana tidak, berbagai jenis ikan mendadak dijajakatakan di gedung wakil rakyat sana. Selain ada paus yang akan makan ikan, ada beberapa jenis ikan lagi yang diteriakkan disana seperti ikan Salmon, ikan Tongkol dan ikan Teri Asin. Mau beli ikan Piranha? Ada. Alhasil, Dewan Perwakilan Rakyat  (DPR) berubah fungsi menjadi Depot Perikanan Rakyat atau mungkin setidaknya sudah menjadi Dinas Pasar Rakyat sejak beberapa hari terakhir ini.


Pasar Ikan Senayan berawal dari ikan Salmon politisi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana yang mengatakan bahwa politisi Golkar dan PKS adalah politisi intelektual kagetan yang asal ngomong dalam menyalurkan syahwat politik untuk mencapai orgasme politik mereka. Sindiran ini dilontarkan Sutan Bhatoegana karena Golkar dan PKS dinilainya adalah partai koalisi pemerintah yang terus menyerang SBY.


Nah, kalau tidak ribut, bukan pasar ikan namanya. Geram disebut ‘ikan salmon’, Bambang Soesatyo (Partai Golkar) membalasnya dengan ikan Teri Asin karena Sutan Bhatoegana dinilainya adalah politisi yang asal teriak sana sini. Bambang juga menambahkan, Sutan Bhatoegana bermulut asin!

Nasir Jamil dari politisi Partai Keadilan Sejahtera pun tidak terima disebut ikan Salmon. Dia pun 'menjajakan' ikan Piranha karena menurutnya Partai Demokrat punya pikiran, hati dan bicara yang selalu berbeda-beda. Menurutnya lagi, politisi Partai Demokrat adalah ikan Piranha yang buas!

Dan pasar ikan ini belum berakhir, masih ada ikan Tongkol dari Politisi Partai Demokrat, Gede Pasek Suardika. Sindiran ini, isinya tong kosong hanya bikin dongkol ditujukankannya kepada politisi yang di anggapnya frustasi terhadap kasus Century karena tuduhan-tuduhan politisi tersebut tidak terbukti.

Lalu kapan pasar ikan ini berakhir? Menurut Martin Hutabarat (Gerinra), semua ini akan berakhir pada saat ‘ikan paus’ muncul. Sekarang ini, hanya menunggu waktu saja dimana saatnya nanti ikan Paus itu datang dan menghentikan semua geliat ikan-ikan kecil tersebut.

Akhirnya, beberapa fakta diatas juga menunjukkan bahwa ada beberapa anggota DPR yang secara tidak langsung mengakui bahwa mereka adalah binatang dari jenis ikan walaupun ikan benaran rasanya masih lebih berguna (bergizi) dari ‘ikan-ikan’ (busuk) digedung DPR itu.

“Saya sendiri pun nggak yakin ikan-ikan yang dikutip itu mau disamakan dengan anggota dewan,” Burhanuddin Muntadi (LSI).

Wah, ternyata di DPR sana banyak ikan, ya? Enaknya nih, digoreng atau dibakar? Atau pada nggak doyan ikan? Dibilangin aja tuh ke wakil ikan-ikannya, ke laut aja loe....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar