prasasti
bumi
lalu kepada takdir purba yang melangit biru
akukah akan saksi bisu?
tak sadar renta semesta
berjalan dikaki hujan yang mentanahi mimpi pelangi
prasasti bumi
penghidupan bukanlah nafas manusia sendiri
antara
langit dan bumi
kubasahi kemarau pikiran duniawi ini
tepat dititik waktu yang mungkin sudah tak berlaku
tak ingin kukehilangan janji langit-Mu
;Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah diciptakan dengan
baik
Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.*
kuelus bumi-Mu
: belai nafas resahku
*ayat 56 surat Al-Araf.
Lauwo, 11 April 2011.
Puisi ini saya ikutkan di lomba menulis puisi
Jelang Hari Bumi (30 maret-15 april 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar